Sukses

Ambil Alih Blok Masela, PHE Buka Pintu Peluang Garap Wilayah Kerja Migas Lain

Pada 25 Juli 2023, PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Upstream PHE menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS) di Blok Masela.

Liputan6.com, Jakarta Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi mengambil alih saham Shell di Blok Masela. Pengambilalihan ini membuka peluang BUMN energi tersebut untuk mengerjakan wilayah kerja atau blok minyak dan gas (migas) lainnya.

Pengamat energi Inas Nasrullah Zubir menilai, pengambilalihan saham Shell di Blok Masela oleh PT Pertamina (Persero) melalui PHE merupakan upaya yang patut disambut positif.

"Dengan mengelola laut lepas termasuk Blok Masela, ke depan PHE akan lebih berpeluang untuk pengerjaan wilayah kerja lain. Tawaran akan semakin banyak, termasuk mengerjakan hal serupa di negara lain," ujar dia melansir Antara, Kamis (27/7/2023).

Pada 25 Juli 2023, PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Upstream PHE menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS) di Blok Masela.

PHE bekerja sama dengan Petronas melalui Petronas Masela Sdn, Bhd (Petronas Masela) mengambil alih 35 persen kepemilikan Shell di blok tersebut dengan porsi PHE 20 persen dan 15 persen dimiliki Petronas Masela.

Penandatanganan perjanjian jual beli dilakukan Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Naib Presiden Eksekutif dan Ketua Pegawai Eksekutif Huluan Petronas Datuk Adif Zulkifli, dan Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell Kuo Tong Soo.

Penandatanganan dilakukan pada acara pembukaan Konvensi Indonesia Petroleum Association (IPA) di Tangerang, Banten, disaksikan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati serta Presiden dan Ketua Pegawai Eksekutif Kumpulan Petronas Tan Sri Tengku Muhammad Taufik.

 

2 dari 4 halaman

Tugas PHE

PHE dinilai memiliki pengalaman melakukan eksplorasi, pengembangan, serta produksi migas laut dalam baik di Indonesia maupun luar negeri untuk mengelola Blok Masela.

Inas menegaskan kinerja Pertamina, termasuk PHE sekarang sudah bagus, untuk itu tinggal dukungan dari negara saat mengelola Blok Masela.

Dukungan tersebut, tambahnya, harus datang dari pemerintah maupun DPR sehingga tidak akan menghambat kerja PHE, salah satunya adalah pemberian tax holiday bagi Pertamina dalam mengelola blok tersebut.

"Jangan (perusahaan) asing saja yang dapat. Pertamina juga seharusnya dapat," jelas dia.

Selain itu, dia mengusulkan bea untuk impor peralatan pengeboran kalau perlu nol persen, karena hal tersebut sangat penting untuk Pertamina bekerja. Namun demikian, Inas juga mengingatkan agar PHE cermat dalam membuat perhitungan mengerjakan Blok Masela.

3 dari 4 halaman

Pertamina Gelontorkan Rp 9,7 Triliun Akuisisi Blok Masela, Mulai Produksi 2029

PT Pertamina (Persero) dan Petronas merogoh kocek hingga USD 650 juta, atau setara Rp 9,75 triliun (kurs 15.000 per dolar AS) untuk mengakuisisi hak partisipasi atau participation interest (PI) Shell Upstream Overseas Services Ltd di Blok Masela.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, angka USD 650 juta itu merupakan gabungan dari harga penjualan USD 325 juta, plus additional contingent sebesar USD 325 juta yang harus dibayarkan saat keputusan investasi akhir (FID) diambil.

Porsi pembayarannya juga disesuaikan dengan hak partisipasi 35 persen. Dalam hal ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mendapat porsi 20 persen. Sementara Petronas Masela Sdn Bhd sebesar 15 persen.

"(Nilai investasi Pertamina dan Petronas di Blok Masela) USD 650 juta, itu gabungan. Jadi kan yang diambil 35 persen yang milik Shell. Jadi Pertamina 20 persen, 15 persen," terang Nicke di tengah kegiatan IPA Convex 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (25/7/2023).

Pasca akuisisi, Nicke melanjutkan, Pertamina harus merampungkan proses lelang pembuatan desain detil, atau Front End Engineering Design (FEED) sebelum proses FID.

"Itu kita memerlukan waktu paling lama sampai dengan FID mungkin 2026. Kita harapkan di 2026 itu sudah ditandatangan, dan langsung kita berjalan," ungkapnya.

 

4 dari 4 halaman

Mulai Produksi 2029

Namun demikian, Nicke menambahkan, pemerintah meminta akselerasi dari semua proses. Sehingga Pertamina berkomitmen untuk mengakselerasi itu sesuai arahan. Termasuk jadwal produksi (onstream) yang dicanangkan mulai per 2029.

"Harapan pemerintah sudah mulai onstream di 2029. Itu tentu merupakan tantangan yang luar biasa, karena kalau dilihat dari schedule awal Inpex dan Shell, mereka mentargetkan di 2031-2032," kata Nicke.

"Sehingga yang harus dilakukan, kita melakukan upaya bersama dengan partner, dengan Inpex, Petronas dan pemerintah. Untuk bersama-sama kita melakukan effort terbaik untuk mengakselerasi proyek ini. Sehingga bisa segera mungkin bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri," tuturnya.

Â